Human Geografi
DAYA TARIK KOTA SURABAYA SEBAGAI
KEPUTUSAN MIGRASI PENDUDUK SEKTOR PERTANIAN DESA TERHADAP RESPON PERUBAHAN
IKLIM
Oleh : Syamrotul Mu’ Arofah
Mahasiswa S-1 Program Studi
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial, Unversitas Negeri
Malang
Abstrak : Kota Surabaya merupakan kota terbesar kedua di indonesia setelah
jakarta, dengan memiliki luas daratan 333.063 km2 dan jumlah penduduk yang
mencapai 3juta jiwa lebih. Tidak heran jika kota surabaya menjadi kota yang
padat penduduk , tidak hanya itu saja penduduk yang mendiami kota surabaya sebagian
tidak berasal dari surabaya melainkan dari penduduk migran. Penduduk migran
yang kebanyakan berasal dari warga desa, dengan alasan mereka pindah salah
satunya karena faktor perubahan iklim. Perubahan iklim yang terus
terjadi dan tak menentu telah menandakan bahwa bumi yang kita singgah ini sudah
mengalami kerusakan baik itu kerusakan yang terjadi pada lahan pertanian ,
kelautan , dan kehutanan. Namun sektor pertanian lah yang mengalami kerugian
yang sangat besar saat perubahan iklim terjadi karena petani bekerja dan
bergantung pada iklim di lingkungan sekitar. Oleh karena itu para penduduk
sektor pertanian memilih pindah ke kota untuk mencari pekerjaan dan menetap di
kota.
Kata Kunci : Kota Surabaya,
Penduduk Migran , Perubahan Iklim, Sektor Pertanian
PENDAHULUAN
Indonesia, yang
merupakan negara kepulauan dan dikategorikan sebagai Negara berkembang menjadi
sangat rentan akan situasi iklim yang tidak menentu. Berdasarkan data
BNPB 2012 dilaporkan 3 dari 4 bencana yang paling sering muncul dalam kurun
waktu periode 1815-2012 secara berturut-turut adalah banjir, puting beliung,
dan kekeringan. Sedangkan di Provinsi Bengkulu bencana yang sering terjadi
selain gempa bumi dan gunung meletus, adalah banjir, kekeringan, dan gelombang
pasang.
Pertanian merupakan
salah satu sektor yang paling rentan dipengaruhi oleh perubahan iklim dan atau
variasi iklim. Menurunnya produktifitas pertanian yang disebabkan oleh
phenomena ini pada akhirnya akan mengancam ketahanan pangan bagi manusia.
Kekeringan, banjir, dan intrusi air laut merupakan salah satu contoh ancaman
yang akan semakin sering dijumpai oleh petani di Indonesia. Rusaknya lingkungan
dan praktek pertanian yang tidak ramah lingkungan juga dapat menyebabkan
terganggunya keseimbangan ekologis. Kejadian meledaknya serangan hama,
salinitas yang semakin tinggi merupakan akibat dari ancaman di atas (Guntoro,
2011; Wiryono. 2012). Namun para petani tidak hanya diam mereka memilih untuk
migrasi ke tempat lain untuk mencari pekerjaan lain dan agar terhindar dari
bahaya perubahan iklim yang dapat terjadi secara tiba – tiba.
Kota Surabaya menjadi
salah satu tujuan bagi para penduduk migran untuk bersinggah, mereka
berpandangan di kota nanti akan jauh dari masalah perubahan iklim dan juga
mendapatkan pekerjaan yang baru untuk menggantikan pekerjaan yang sebelumnya.
Namun bagi masyarakat kota Surabaya para penduduk migran juga mendatangkan
masalah sosial yakni semakin naiknya tingkat pertumbuhan penduduk kota. Namun
para penduduk migran masih tetap saja untuk melakukan aktifitas migrasi ke kota
dan memilih untuk menetap.
PEMBAHASAN
Migrasi
penduduk dan mobilitas penduduk sering diartikan sama, pada dasarnya migrasi
dan mobilitas memang memiliki keterkaitan namun keduanya berbeda. Mobilitas
penduduk merupakan gejala dan fenomena sosial yang sering dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari sebagai gerak perpindahan penduduk dari satu unit
geografis (wilayah) ke unit geografis lainnya. sedangkan migrasi penduduk
adalah bagian dari mobilitas penduduk. Mobilitas penduduk ada yang bersifat
nonpermanen (sementara) misalnya turisme baik nasional maupun internasional,
dan ada pula mobilitas penduduk permanen (menetap). Mobilitas penduduk permanen
disebut migrasi. Jadi migrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat
lain dengan melewati batas negara atau batas administrasi dengan tujuan untuk
menetap.(Kompasiana,2014).
Banyak
alasan mengapa penduduk desa yang bekerja di sektor pertanian untuk lebih berbondong – bondong migrasi ke Kota
Surabaya. Surabaya
sebagai kota metropolitan terbesar kedua di Indonesia, merupakan pusat
pertumbuhan orde pertama yang telah menjadi “magnet” terkuat bagi penduduk di
daerah penyangga (hinterland), terutama daerah perdesaan sekitar kota tersebut.
Mereka datang ke Kota Surabaya karena di tempat tersebut banyak pilihan untuk
memperoleh berbagai kesempatan dalam upaya memperbaiki kehidupannya. Para
pendatang mempunyai persepsi dan harapan untuk memperoleh pendapatan pekerjaan
yang baru dari di daerah sebelumnya, terutama perdesaan. Masyarakat yang
memilih migrasi akan berpindah dari daerah asalnya, yaitu kawasan yang terkena
dampak perubahan iklim, seperti kawasan pesisir dan dataran rendah menuju
kawasan dataran tinggi. Hal tersebut bertujuan untuk menghindari banjir sebagai
dampak turunan dari perubahan iklim.
Sedangkan Surabaya sendiri sebagai
kota tujuan migrasi memilik daya tarik tersendiri jika dibandingkan dengan
daerah asal mereka . Kawasan terbangun di wilayah kota Surabaya, meliputi
hampir 2/3 dari seluruh luas wilayah. Sehingga lapangan pekerjaan yang tersedia
juga besar sehingga para penduduk yang bekerja di sektor pertanian mmeiliki
pekerjaan yang baru. Lapangan pekerjaan di kota yang lebih beragam terutama
dalam sektor industri dan jasa dengan upah relatif tinggi dapat menyerap tenaga
kerja lebih banyak. Selain itu, tersedianya fasilitas pendidikan yang lebih
memadai baik dari jenjang maupun jumlah lembaga pendidikan. Tersedianya
fasilitas kesehatan, olah raga, hiburan, dan rekreasi dengan jumlah dan kualitas
yang lebih baik juga mempengaruhi terjadinya migrasi. Kota juga dilengkapi
dengan berbagai fasilitas sosial yang lebih memadai tentunya banyak memberikan
kemudahan bagi warganya dalam melakukan aktivitas sosial sehari-hari.
Migrasi atau perpindahan penduduk bukan hanya hasil dari
“dorongan lingkungan” yang disebabkan oleh proses kenaikan air laut atau bencana
perubahan iklim lainnya. Namun
migrasi
juga bisa menjadi ”pemicu” munculnya masalah baru. Migrasi yang dilakukan
masyarakat
dapat terjadi antarwilayah maupun interwilayah. Upaya migrasi masyarakat menjadi
suatu permasalahan jika timbulnya penambahan penduduk yang tidak disertai
dengan peningkatan pelayanan dan infrastruktur terhadap masyarakat. Keadaan tersebut
justru menimbulkan permasalahan baru bagi daerah tujuan migrasi.
Surabaya sebagai daerah tujuan
migrasi tentunya mendapatkan pengaruh dan dampak baik maupun buruk, diantaranya
terdapat kawasan kumuh , lahan rumah yang ilegal. Akar masalah ekonomi
perkotaan bisa ditelusuri dari munculnya migrasi. Pada awalnya migrasi membantu
pemecahan di wilayah pedesaan khusunya pada sektor pertanian yang terkena
dampak dari perubahan iklim, dan membantu pertumbuhan sector industry dan jasa
di wilayah perkotaan. Proses tersebut mendororng pertumbuhan ekonomi makro dan
mikro perkotaan. Tetapi dalam jangka panjang migrasi justru menimbulkan masalah
perkotaan, yaitu pada waktu kota tidak lagi mampu menyediakan lapangan
pekerjaan kepada penduduknya yang semakin bertambah banyak, dan pemerintah kota
tidak mampu lagi menyediakan pelayanan yang memadai kepada penduduknya.
Muncullah kemiskinan, pengangguran, kekumuhan, sector informal, dan masih
banyak masalah yang ada.
KESIMPULAN
Keputusan migrasi yang di pilih oleh penduduk desa yang
bekerja pada sektor pertanian merupakan hal baik untuk menghindari perubahan
iklim yang sewaktu – waktu datang, karena dengan peristiwa tersebut para petani
atau penduduk menjadi kehilangan pekerjaan, daya tarik kota surabaya menjadi
salah satu tujuan mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang baru dari sebelumnya,
Surabaya sebagai ibu kota provinsi Jawa Timur menjadi pusat para penduduk
migran. Tidak hanya itu saja Surabaya meraskan dampak baik dan buruk semisal
semakin bertambahnya jumlah penduduk. Pemerintah hendaknya untuk segera melakukan
tindakan yang baik di desa dan mencegah kepadatan penduduk dengann begitu
migrasi yang terjadi tidak akan membeludak di kota Surabaya.
DAFTAR RUJUKAN
Guntoro,
Suprio. 2011. Saatnya Menerapkan Pertanian Tekno-Ekologis. AgroMedia Pustaka.
Jakarta
Rizki Kirana Yuniartanti .Migrasi
Vs Adaptasi Sebagai Solusi Dampak Perubahan Iklim Di Kawasan Perkotaan.
Komentar
Posting Komentar